Hubungan dengan orang tua pada remaja, seperti yang banyak diperoleh dari penelitian ini, menggambarkan pola sosialisasi nilai-nilai dari orang tua kepada anaknya. Beberapa yang panting bagi remaja adalah peran orang tua, sikap dan perilaku orang tua terhariap anak, tugas pengasuhan, komunikasi, dan waktu bersama (mulai dari yang terbanyak).
*** Peran Orang Tua ***
Beberapa peran ayah dan ibu yang disebutkan, antara lain: Ayah adalah tulang punggung pencari nafkah dan kepala keluarga, harus bertanggung jawab, dapat menjadi figur panutan bagi sebagai pribadi, terhariap istri, anak, keluarga, dan sosial masyarakat. Dari penelitian ini,
ditemukan bahwa kebanyakan remaja di desa yang dekat dengan kota menggambarkan ayah lebih positif (baik/terbaik, bertanggung jawab, kepala rumah tangga, pengertian dan memperhatikan). Konsep yang kurang baik lebih banyak muncul di desa yang jauh dari perkotaan, seperti bepergian, kurang perhatian, ingin menang sendiri, kampungan, kolot, kurang bertanggung jawab dan kurang fisiknya.
Peran ibu yang utama adalah ibu rumah tangga. Ibu lebih banyak
dilihat sebagai orang yang menyayangi dan pengerban. Para ibu lebih menunjukkan kesediaannya dalam berkomunikasi, akur, akrab, bersahabat, dan punya beberapa kesamaan dengan anaknya. Namun ibu juga yang paling tidak disukai kecerewetannya. Remaja juga sudah dapat melihat bahwa ibunya kurang bahkan tidak berpendidikan.
Orang tua juga dipandang sebagai sumber yang dapat memuaskan materi yang khas untuk remaja.
*** Sikap dan Perilaku Orang Tua terhariap Anak ***
Sikap positif yang diharapkan anak dari orang tuanya adalah kasih sayang, pengertian. Ibu adalah orang yang banyak bekerja keras, justru ayah diharapkan sudi membantu beberapa pekerjaan rumah. Beberapa dari mereka juga berharap ayahnya dapat bekeda. Sikap dan perilaku yang tidak diinginkan anak adalah marah, ngomel, mukul, terlalu mengatur, otoriter dan egois, pilih kasih, tidak adil, rewel, masa bodoh, pelit dan menceritakan keburukan kepada orang lain.
*** Tugas Pengasuhan ***
Remaja melihat bahwa bimbingan orang tua masih sangat dibutuhkan, dalam bentuk nasihat, konsultasi, dan mendiskusikan masalah-masalah anaknya. Remaja juga berharap orang tuanya punya pemikiran yang mementingkan pendidikan anaknya.
*** Komunikasi ***
Masalah-masalah yang ingin dikomunikasikan dengan orang tuanya, atau yang menjadi topik pertengkaran di rumah antara lain adalah masalah sekolah, di mana remaja takut orang tuanya tidak mengizinkan sekolah lagi, masalah ekonomi, dan masalah tugas sehari-hari di rumah.
*** Waktu Bersama ***
Kebanyakan remaja berharap orang tuanya sering di rumah dan
berkomunikasi, kecuali bila orang tuanya punya sikap yang buruk.
Mereka umumnya cemas bila salah satu atau kedua orang tuanya belum pulang bekeda hingga larut malam. Mereka mengeluh bila orang tuanya sering bepergian dan jarang/tidak pernah di rumah.
Menurut Pikunas (1976), Sosialisasi adalah proses belajar untuk
mengenali nilai-nilai dan ekspektansi kelompok, dan meningkatkan kemampuan untuk mengikutinya (confofm). Tingkatan anak atau remaja sampai pada standar teman sebaya (peer group) tergantung pada kegiatan sosial mereka. Orang tua dan teman sebaya mempengaruhi perubahan dari anak egosentris menjadi orang dewasa yang cakap sosial.
Dalam situasi sosial seorang anak harus berperan tertentu pada posisi tertentu. Keterampilan komunikasi dan berinteraksi adalah bagian penting dalam proses sosialisasi. Mau tidak mau, disadari atau tidak, orang tua berperan dan bertindak sebagai wakil masyarakat dan budaya.
Ini berarti mereka meneruskan etos-etos dan sifat-sifat budaya, dan sekaligus membangun tabu dan mengekang kecenderungan yang tidak sesuai dengan budaya.
Melalui kondisioning verbal dan teknik-teknik pengelolaan lainnya, mayoritas orang tua memperkuat kendaii terhariap impuls-impuls, tanggung jawab, self-direcvon, dan atribut positif lainnya yang akan membantu anak berhubungan secara efektif dengan orang lain.
Orang tua yang terlalu permisif biasanya merusak kemampuan penyesuaian diri anak bila mereka terlalu sering mengizinkan anak melakukan kegiatan dengan caranya sendiri. Di kemudian hari, bila anak menghadapi frustrasi kehidupan yang tidak dapat dihindari, ia tidak akan siap untuk menghadapinya.
Seperti halnya fungsi lain, perubahan dari egosentris ke arah kemampuan sosialisasi, tidak ada yang kontinu dan tidak ada yang tanpa rasa sakit. Bila tidak dipersiapkan akan terjadi langkah regresi, yang bisa terjadi pada anak, remaja ataupun orang dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar