Senin, 26 April 2010

Dampak Formalin Bagi Masyarakat

FORMALIN
BAB I
PENDAHULUAN

Pangan merupakan salah satu faktor yang langsung berpengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia. Pangan yang aman, bermutu dan bergizi dibutuhkan tubuh untuk menunjang aktivitas. Namun sebaliknya, pangan yang tidak memenuhi standar keamanan, mutu dan gizi akan membahayakan kesehatan tubuh. Oleh karena itu, pemilihan pangan sebelum dikonsumsi sangat penting agar terhindar dari produk pangan yang tidak memenuhi standar serta dapat membahayakan kesehatan.


Salah satu yang perlu diperhatikan dalam memilih pangan adalah bahan tambahan yang digunakan dalam produk pangan. Pangan yang aman harus menggunakan bahan tambahan yang oleh pemerintah dinyatakan aman untuk digunakan pada pangan.

Pedagang yang tidak mengerti atau tidak peduli terhadap keamanan pangan adakalanya menggunakan bahan yang tidak diperbolehkan untuk ditambahkan dalam pangan. Pangan inilah yang perlu diwaspadai dan dihindari untuk dikonsumsi.


LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil pemantauan BB-POM di Surabaya, dari 91 contoh pangan olahan yang dijual di pasaran, sebanyak 24 di antaranya positif mengandung formalin. Selain mi basah, makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan segar. Laporan Badan POM tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 29 sampel mi basah yang dijual di pasar dan supermarket Jawa Barat, ditemukan 2 sampel (6,9 persen) mengandung boraks, 1 sampel (3,45 persen) mengandung formalin, sedangkan 22 sampel (75,8 persen) mengandung formalin dan boraks. Hanya empat sampel yang dinyatakan aman dari formalin dan borak. Menurut beberapa produsen, penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Sementara itu, penggunaan formalin akan menghasilkan mi yang lebih awet, yaitu dapat disimpan hingga 4 hari.


Formalin, dengan rumusan kimia CH2O merupakan suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37% formaldehid dalam air dan biasanya ditambahkan methanol 10-15% sebagai pengawet.

Dipasaran formalin memiliki beberapa nama lain yaitu formol, morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymenthylene, methil aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, oxomethane, karsan, methylene glycols, paraforin, polyoxymethylene glycols, superlysoform, tetraoxymethylene, dan trioxane.
RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan uraian diatas masalah formalin,maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: " Apakah dampak formalin bagi masyarakat indonesia yang sangat modern masa kini ?"

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum


MANFAAT

Manfaat yang diharapkan adalah berbagai bahan masukan bagi perumusan kebijakan penanganan masalah penylahgunaan pengguna formalin di kehidupan masyarakat di Indonesia.


ANALISIS

Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.

Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.

Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata.

Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.

Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yang dikenal di antaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu/daun jati (warna merah), dan kunyit untuk pewarna kuning.

Kelemahan pewarna alami ini adalah warnanya yang tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas, sedangkan kelebihannya adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi.

Jenis yang lain adalah pewarna sintetik. Pewarna jenis ini mempunyai kelebihan, yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.

Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Padahal, di Indonesia, terutama industri kecil dan industri rumah tangga, makanan masih sangat banyak menggunakan pewarna nonmakanan (pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil).


PENUTUP

Formalin merupakn bahan yang dilarang digunakan untuk pangan. Adanya penyalahgunaan penggunaan formalin dalam pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, produsen pangan termasuk masyarakat sebagai konsumen. Dengan mengetahu bahaya penggunaan formalin pada pangan dan ciri-ciri produk yang mengandung formalin, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan terhindar dari bahaya produk mengandung formalin tersebut.

KESIMPULAN

Saran dari saya, yaitu agar mulai sekarang kita menjauhi formalin agar tidak terjerumus ke dalamnya. Karena formalin itu haram dapat menyesatkan kita dalam tindakan-tindakan yang tidak baik.




1. Apa dasar hukum dalam pelarangan penggunaan formalin pada pangan?
Bahan berbahaya seperti formalin merupakan bahan kimia yang dilarang penggunaannya dalam pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988. Sedangkan tata cara perniagaannya diatur dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 254/MPP/Kep/7/2000.


Impor formalin hanya boleh dilakukan oleh Importir Produsen Bahan Berbahaya (IP-B2) yang diakui oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan RI dan disetujui untuk mengimpor sendiri formalin yang diperuntukkan semata-mata hanya untuk kebutuhan produksinya sendiri.

Selain itu dapat diimpor juga oleh Importir Terdaftar Bahan Berbahaya (IT-B2) bukan produsen pemilik Angka Pengenal Importir Umum (API-U) yang mendapat tugas khusus untuk mengimpor formalin dan bertindak sebagai distributor untuk menyalurkan bahan berbahaya yang diimpornya kepada perusahaan lain yang membutuhkan. Dalam hal ini, pengguna akhir adalah Badan Usaha yang menggunakan formalin tersebut sesuai peruntukannya dan dilarang diperjualbelikan/diperdagangkan maupun dipindahtangankan kepada siapa saja.

2. Apa efek bagi kesehatan manusia bila mengkonsumsi produk pangan yang tercemar oleh formalin?
Efek akut berupa tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Efek kronis berupa timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker.

3. Mengapa masih ada produsen pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet?
Produsen pangan yang masih menggunakan formalin untuk produknya karena pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya bahan kimia terlarang pada pangan atau juga karena tingkat kesadaran akan kesehatan masyarakat yang rendah. Selain itu, formalin juga mudah dijumpai di pasar bebas dengan harga yang murah. Penggunaan formalin sebagai pengawet akan menghasilkan daya awet produk menjadi lama sebagaimana fungsi sebenarnya yaitu untuk mengawetkan mayat.

4. Bagaimana mengetahui secara pasti adanya formalin pada produk pangan?
Deteksi formalin secara kualitatif maupun kuantitatif secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia.

5. Bagaimana mengenali kemungkinan suatu produk pangan mengandung formalin sebagai pengawetnya?
Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khas untuk mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan tanpa formalin.
Ciri-ciri mi basah yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Bau agak menyengat, bau formalin
* Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal

Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin:
* dak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Tahu terlampau keras, namun tidak padat
* Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm)

Ciri-ciri bkaso yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Teksturnya sangat kenyal

Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih
* Bau menyengat, bau formalin

Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Bersih cerah
* Tidak berbau khas ikan asin

6. Mengapa produk tercemar formalin tetap dibeli konsumen?
Sebagian besar karena ketidaktahuan konsumen. Selain itu sebagian konsumen masih berperilaku ingin selalu mendapatkan produk yang awet dan harga yang murah. Sulitnya membedakan antara produk yang diawetkan dengan pengawet pangan dan yang diawetkan dengan formalin juga berkontribusi terhadap masih lakunya produk ini di pasaran.

7. Bagaimana sikap dan tindakan konsumen supaya tidak salah memilih produk pangan yang mengandung formalin?
* Waspadai produk tertentu yang sering menggunakan formalin dengan memperhatikan antara lain ciri-ciri yang telah disebutkan di atas.
* Lebih selektif dan berhati-hati memilih produk pangan yang akan dikonsumsi dengan cara tidak segan-segan menanyakan kepada penjual pangan, apakah produknya menggunakan formalin atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar