Ihwal lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dimasa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri pada 2002 setelah Indonesia dikalahkan Malaysia dalam sidang di Mahkamah Internasional, merupakan babak baru ketegangan Indonesia-Malaysia. Ketegangan dilanjutkan dimasa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dimana sebagai tindak lanjut kemenangan Malaysia di Sipadan dan Ligitan, negeri jiran itu mengklaim bahwa Pulau Ambalat yang kaya akan kandungan minyak sebagai miliknya. Sikap pemerintah Indonesia dalam dua kasus ini dianggap sangat lembek.
Bahkan dalam dua pekan terakhir, kapal perang Malaysia kembali memasuki wilayah Indonesia sejauh satu mil. Alhasil, situasi keamanan di Ambalat memanas. Untuk itu, pihak TNI Angkatan Laut mengusir kapal bersenjata Malaysia dengan mendekatinya. Apalagi, radio komunikasi kapal Malaysia selalu dimatikan saat memasuki wilayah Indonesia.
Menurut Komandan Gugus Tempur Wilayah Timur, R.M. Harahap, keadaan di Ambalat relatif aman dan damai. Namun, pihak Malaysia selalu melakukan kesalahan berkali-kali dengan memasuki wilayah Indonesia terlalu jauh.
Dari peta batas wilayah antara wilayah Indonesia dan Malaysia menunjukkan perairan Indonesia lebih dalam. Kemungkinan Kapal Perang Malaysia mencari posisi yang aman untuk berlayar dengan masuk ke wilayah Indonesia. Namun, TNI AL tetap menjaga agar aksinya tidak menimbulkan pola pola yang negatif.
Data sepanjang 2009 menunjukkan, Malaysia telah 11 kali melanggar perbatasan dan pada tahunm 2008 sebanyak 26 kali masuk ke wilayah Ambalat tanpa izin.
Sikap Malaysia yang mentang-mentang itu lantaran dalam kasus Sipadan dan Ligitan pihak Malaysia yang memproses hukum adalah Menhan Mohammad Najib Tun Abdur Razak yang kini menjadi Perdana Menteri Malaysia. Karena itu ada kekhawatiran yang besar kalau-kalau Ambalat bakal mengalami nasib yang sama dengan kedua pulau tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar